Rabu, 26 Agustus 2009

DPRD Kubar Akan Rekrut Staf Ahli

Selama ini di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kutai Barat (Kubar), Kaltim belum memiliki staf ahli. Untuk itu lembaga tersebut akan merekrut tiga staf ahli pada 2010.
“Keberadaan staf ahli di DPRD Kubar sangat dibutuhkan mengingat latar belakang dan disiplin ilmu para wakil rakyat yang berbeda-beda. Berdasarkan hal itu kami berencana merekrut tiga staf ahli pada 2010,” kata Sekretaris DPRD Kubar Yacob Tullur.
Menurutnya, karena latar belakang pengetahuan yang berbeda itulah, maka bisa berpengaruh pada tugas-tugas tertentu yang bisa saja kurang dikuasai oleh anggota dewan, sehingga perlu adanya bantuan tenaga ahli untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada.
Dikatakan, perekrutan staf ahli didasari kebutuhan dan kemampuan keuangan sekretariat. Meski telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, namun tidak serta merta sama dengan daerah lain yang jumlah staf ahlinya bisa banyak, namun disesuaikan dengan keadaan.
Staf ahli ini nantinya tidak sama dengan staf ahli bupati. Staf ahli dewan tidak akan diberikan fasilitas mobil dinas, ditawarkan kontrak per tahun saja. Selanjutnya akan diperpanjang sesuai kebutuhan DPRD dengan pertimbangan kinerja staf ahli tersebut.
”Bahkan perjalanan uang dinas pun tidak disediakan. Berbagai fasilitas yang tidak diberikan ini juga akan dibeberkan saat perekrutan, sehingga tidak ada komplain di kemudian hari,” kata Yacob.
Dilanjutkan, peminat staf ahli akan direkrut dengan tiga syarat seleksi. Pertama kelengkapan administrasi pada berkas lamaran. Kemudian psikotest apabila jumlah peminat melebihi target. Terakhir, siap mengikuti fit and proper test dihadapan dewan.
Anggota DPRD Kubar yang akan duduk pada periode 2009-2014 berjumlah 25 orang berlatar belakang berbeda. Sementara jumlah komisi hanya ada tiga karena itu staf ahli juga dibutuhkan tiga orang saja.
Sementara itu, berdasarkan data calon tetap di KPU Kubar untuk pemilihan legislatif tahun 2009, enam orang bergelar Sarjana Ekonomi, tiga politisi berlatar belakang Sarjana Hukum dan Sarjana Sosial dan Doktorandus.
Kemudian tiga orang bergelar masing-masing Insinyur, Sarjana Kehutanan dan Sarjana Tehnik. Sementara sisanya tidak mencantumkan gelar pada berkas lamaran calon legislatif di KPU Kubar. ()

Selasa, 25 Agustus 2009

Malinau Kembangkan BBI Kaliamok

Balai Benih Ikan (BBI) Kaliamok di Kabupaten Malinau dinilai sudah maju dari pada beberapa waktu sebelumnya. Hal ini terlihat dari distribusi benih ke sejumlah masyarakat petani dan ikan segar siap dikonsumsi warga.
“Sekarang BBI Kaliamok sudah mengembangkan beberapa jenis ikan, bahkan sudah melakukan panen berkali-kali dan sudah memberikan benih kepada banyak petani ikan, itu menandakan BBI ini sudah maju. Meski demkian BBI ini harus terus dikembangkan,” kata Bupati Malinau, Marthin Billa.
Bupati juga berharap agar keberhasilan BBI dalam panen dan pengembangan ikan bisa menjadi motifasi bagi petani ikan untuk lebih serius dalam mengelola miliknya sendiri, sehinga ke depan Malinau akan menjadi sentra pengembangan ikan.
Ia juga meminta kepada Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan agar mampu melayani kebutuhan permintaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian kecil dan menengah, sehingga kelak bukan hanya masyarakat petani ikan saja yang mendapat keuntungan, namun juga para pelaku usaha kecil.
Program budidaya perikanan ini dinilai cukup memiliki potensi menjanjikan dan masih banyak peluang untuk impor maupun ekspor. “Program perikanan yang merupakan salah salah satu sektor pembangunan pertanian ini harus bisa menjadi andalan ikan segar daerah dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di samping menjadi menu yang menyehatkan,” katanya.
Sementara itu, Abdulfatah Zurkarnaen, pengelola BBI Kaliamok mengatakan balai benih tersebut saat ini telah berhasil mengembangkan jenis ikan lele, nila dan emas, namun masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi untuk mengembangkan ikan lainnya, seperti ikan patin yang pangsa pasarnya cukup besar.
BBI Kaliamok masih mengalami kendala dalam pengembangan jenis ikan patin. Misalnya dalam proses pemijahan masih membutuhkan penerangan listrik dan sarana pemanasan. Selain juga diperlukan penerangan umum tempat tinggal rumah pengelola.
Menurutnya, sedikitnya BBI itu memerlukan listrik dengan daya 20 ampere. Estimasi daya listrik sebesar 20 ampere tersebut akan digunakan untuk rumah, ruangan laboratorium dan gudang. Bahkan, tahun ini ada satu unit bangunan asrama untuk pelatihan bagi masyarakat guna meningkatkan keterampilan budidaya ikan.
“Sejumlah peralatan laboratorium di BBI ini sudah lengkap, namun kami tinggal menunggu daya listrik. Jika listrik sudah ada, maka kami bisa memaksimalkan,” ujar Abdulfatah. BBI Kaliamok, lanjutnya, memberikan benih ikan kepada masyarakat secara gratis untuk tahap awal bagi yang baru memulai budidaya ikan. Dengan harapan, dari benih yang diberikan tersebut dapat dikembangkan menjadi induk dan dilakukan pendederan sendiri untuk mendapatkan benih nila dan emas baru. ()

Petani Karet Harus Kreatif

Selama ini di Kabupaten Kutai Kartanegara masih ada sejumlah petani karet yang hanya mengandalkan hasil dari karet saja, padahal jika petani mau kreatif, maka lahan karet tersebut bisa diintegrasikan dengan ternak sapi.
“Waktu yang digunakan untuk berkebun karet dalam sehari hanya sekitar 2 jam, jika sisa waktu tersebut digunakan untuk beternak sapi di areal kebun karet, maka akan lebih bermanfaat,” kata Penjabat Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Sjahruddin.
Dikatakan, dengan melakukan pola integrasi ternak sapi- kebun karet, maka penghasilan petani akan bertambah hingga berlipat ganda. Selain sapi yang bisa dijual, kotoran sapi juga bisa dijadikan pupuk kandang untuk dijual.
Menurutnya, berkebun sambil beternak sapi yang diutarakan itu hanya merupakan sebagian contoh saja, masih banyak usaha lain yang bisa dilakukan para petani karet untuk mendapatkan penghasilan tambahan, misalnya dengan beternak kambing, ternak unggas dan usaha lainnya.
“Waktu yang digunakan petani untuk menyadap karet hanya dua jam, taruhlah tiga jam ditambah dengan pekerjaan tak terduga lain. Nah sisa waktu itulah bisa digunakan untuk usaha kreatif lain, sehingga petani bisa lebih sejahtera,” katanya.
Saat ini di Kukar terdapat lahan perkebunan karet seluas 6.612 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan, antara lain Muara Badak, Marang Kayu, Muara Jawa dan Kecamatan Samboja.
Menurutnya, dengan beternak sapi atau lainnya di areal perkebunan karet, maka petani juga membantu pemerintah dalam usaha menekan angka kemiskinan, pasalnya dengan bertambahnya peternakan berarti membuka lapangan kerja baru. Ini berarti petani bisa mengurangi angka pengangguran.
“Di daerah lain, seperti di Kabupaten Paser sudah melakukan hal ini, yakni pola integrasi sapi-sawit yang kini dikembangkan dengan integrasi sapi-karet. Kita harus mencontoh jenis usaha kreatif ini,” katanya.
Jika petani memiliki usaha sampingan seperti itu, lanjutnya, maka selain petani bisa hidup lebih makmur dan sejahtera, juga untuk mengantisipasi jika suatu saat nanti harga karet sedang anjlok atau hasil panen sedang tidak bagus, sehingga petani masih memiliki penghasilan cadangan.
“Saya juga minta kepada Dinas Perkebunan dan Peternakan Kukar agar bekerjasama guna melirik usaha integrasi karet-sapi tentang permodalan dan pembinaan, sehingga cita-cita mewujudkan rakyat sejahtera bisa terealisasi,” kata Sjahruddin.